Wall Street Dibuka Variatif Saham Teknologi dalam Tekanan
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada pembukaan perdagangan Selasa (2/11/2021), kembali mencetak rekor tertinggi baru, sementara saham teknologi terkoreksi.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 34 poin pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 5 menit susut menjadi 19,4 poin (+0,05%) ke 35.933,26, sementara S&P 500 tumbuh 4,7 poin (+0,1%) ke 4.618,39. Namun, Nasdaq susut 5,7 poin (-0,04%) ke 15.590,21.
Saham Tesla terbanting 5% di pembukaan, setelah melambung 55% sebulan terakhir. Koreksi terjadi setelah perseroan menarik 11.700 mobilnya untuk memperbaiki fitur komunikasi, dan cuitan Elon Musk bahwa belum ada kontrak dengan perusahaan rental mobil Hertz.
Saham Pfizer melambung 3,5% setelah mencetak laba bersih di atas ekspektasi pasar. Perseroan juga menaikkan proyeksi laba dan pendapatan akhir tahun ini.
Pada Senin, Dow Jones lompat 94,3 poin, S&P 500 bertambah 0,2%, Nasdaq melambung 0,6% sedangkan indeks Russell 2000 lompat 2,7%, menjadi reli harian terbaik sejak Agustus.
Menurut Bank of America, indeks S&P 500 rata-rata menguat rata-rata 1,1% pada November dan 2,3% pada Desember sejak 1936. Sebanyak 79% dari penutupan Desember sepanjang sejarah di zona hijau. Namun situasi tahun ini diprediksi bisa berbeda.
"Kami melihat ada risiko tekanan yang menanti," tutur Savita Subramanian, Kepala Perencana Saham dan Kuantitatif Bank of America, seperti dikutip CNBC International. "Laba bersih per saham [EPS] 2021-2022 tak berubah, mengindikasikan siklus revisi kenaikan sudah memuncak."
Oleh karena itu, pasar menanti kinerja keuangan emiten AS untuk melihat apakah laba perseroan masih memberi alasan fundamental bagi reli sahamnya di pasar. Menurut FactSet, 55,8% emiten yang menjadi konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan kuartal III-2021, dengan 82% di antaranya mencetak laba bersih di atas estimasi pasar.
The Fed hari ini memulai rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), yang diperkirakan berujung pada ditahannya suku bunga acuannya di level 0,25%.
Bank sentral terkuat dunia ini juga diprediksi mulai mengurangi nilai pembelian aset di pasar dari posisi sekarang US$ 120 miliar/bulan. Komentar seputar inflasi juga dipantau, mengingat indeks harga konsumen (IHK) di AS telah melesat ke level tertingginya dalam 30 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
Belum ada Komentar untuk "Wall Street Dibuka Variatif Saham Teknologi dalam Tekanan"
Posting Komentar